Kamis, 10 Desember 2015

Hari Keempat Kampanye Autisme di SMA Marie Joseph Jakarta Utara




Duta Peduli Autis di SMA Marie Joseph Jakarta Utara dalam Penerapan Mata Kuliah Character Building bersama Teach For Indonesia

Kelas : LG01
Dosen : Sukron Ma'mun , S.Ag., M.A.


Kode Dosen : D3702

Hari, tanggal : Jumat, 27 November 2015

Pukul : 11.00 – 12.00

Lokasi : SMA Marie Joseph, Jl. Puspa Gading I Blok H2 No. 2-10,  Jakarta Utara

Jumlah siswa : 16 siswa

Anggota kelompok hadir : 9 orang

Ketua : Anton Wibowo (1801384312)

Anggota : 

1.       Hanson Abraham                      -                   1801378184
2.       Michael Adam                          -                   1801384230
3.       Ronaldo Budiman                     -                   1801378801
4.       Tommy Setiawan                      -                   1801378505
5.       Dennis Adinata                         -                   1801384836
6.       Mareta                                       -                   1801378865
7.       Christyaputri                             -                   1801400114
8.       Yonas Putra                               -                   1801387485


PIC : 
          Michael Adam

A. Materi yang diajarkan
    -) Pengenalan singkat mengenai MPATI
    -) Pengertian tentang autisme
    -) Klarifikasi atas miskonsepsi yang biasany dimiliki masyarakat mengenai autisme
    -) Ciri-ciri anak autis
    -) Cara memperlakukan dan mendidik anak autis yang baik
    -) Ajakan dan himbauan untuk berhenti menggunakan kata "Autis" sebagai bahan ejekan
-) Mengajak siswa/siswi untuk menjadi teladan dengan cara membantu mengingatkan teman-teman yang lain untuk berhenti menggunakan kata "Autis" sebagai bahan ejekan
-) Mengajak siswa/siswi untuk turut serta menjadi volunteer duta autis selanjutnya


B. Persiapan



Dari kiri ke kanan : Tommy Setiawan, Anton Wibowo, Mareta Atmadja, Christyaputri, Dennis Adinata, Yonas Putra


Dari kiri ke kanan : Michael Adam, Anton Wibowo (bawah) , Tommy Setiawan (atas), Christyaputri, Dennis Adinata, Hanson Abraham, Yonas Putra

Kali ini kami diberi kesempatan untuk menyampaikan materi kampanye duta autis di Sekolah Marie Joseph pada pukul 11.00 – pukul 12.00 di kelas XB. Jam yang digunakan adalah jam pelajaran Bimbingan Konseling.

Seperti kegiatan sebelumnya, seluruh anggota kelompok (kecuali Adam yang tinggal dekat SMA Marie Joseph) berjanji untuk berkumpul di Dunkin Donut Bandengan. Namun, karena jadwal kegiatan kali ini yang kami dapatkan sedikit lebih siang dibandingkan dengan sebelumnya, kami berkumpul pada pukul 09.00 . Tommy menjadi yang paling awal tiba di Dunkin Donut (pukul 08.40), dan yang lainnya tiba tepat waktu. Kami berangkat dari Dunkin Donut menggunakan mobil, dan tiba di SMA Marie Joseph pada pukul 10.20.  Michael Adam yang berangkat dari rumahnya sudah menunggu kami di lokasi. Sembari menunggu waktu presentasi tiba, kami keliling mencari sarapan di sekitar SMA Marie Joseph.

C. Metode Pengajaran Yang Diterapkan

Pada kegiatan kali ini, kami menggunakan metode pengajaran classroom. Menurut kami, metode pengajaran classroom merupakan metode yang paling baik. Jumlah siswa yang sedikit dan suasana kelas yang tenang membuat metode pengajaran classroom menjadi sangat mudah.


D.  SURVEY

Survey Internal
·        Disiplin Waktu – Tommy menjadi teladan karena ia tiba 20 menit lebih awal dari waktu yang sudah ditentukan. Namun, anggota kelompok yang lain juga sudah sangat baik dan tidak ada yang telat.
·        Ide – ide yang disampaikan. Seiring berjalannya waktu, semua anggota kelompok menjadi lebih aktif dalam mengajukan gagasan, dan kami pun memandang satu sama lain sebagai teladan.
·        Inisiatif. Ronaldo Budiman menjadi teladan, karena ia selalu memastikan kami semua telah menguasai materi, dan ia juga bertanggung jawab memilih materi yang diajarkan. Yang lainnya juga sudah baik.
·        Sikap. Christyaputri menjadi teladan, karena ia dapat memilih kalimat yang sopan dan tepat untuk menggerakan hati para siswa agar lebih peduli terhadap autisme.

 Survey Eksternal


E. PENUTUP



Setelah diberikan sosialisasi bahwa autisme bukanlah bahan bercandaan, beberapa siswa sudah lebih terbuka pikirannya dan mencoba untuk tidak menggunakan katau autis. Menjadi duta autis dengan menyebarkan positivisme dan mengubah pandangan masyarakat tentang autisme membuat siswa-siswi mengerti bagaimana harus berpikir dan bertindak bijaksana terlebih kepada orang autis itu sendiri. Juga membuat mereka tahu bagaimana cara memposisikan diri sebagai seorang penyandang autis dan belajar memperlakukan orang lain sebagaimana mestinya (anti-bullying) Secara keseluruhan, acara ini berjalan dengan baik dan juga mendapat respon positif dari anak anak disana. Kami berharap bahwa setelah kegiatan ini mereka benar benar mempraktekannya di dalam kehidupan sehari-hari.























Tidak ada komentar:

Posting Komentar